Menyelaraskan Empat Hal : Wujud Persiapan Generasi Pemimpin
Oleh: M. Muinul Haq
Indonesia adalah Negara berkembang dengan intensitas
produksi sumber daya manusianya yang tinggi. Pola berkelanjutan diadopsi agar tercetak
SDM yang wawasannya mengakar. Namun dalam praktiknya masih terdapat beberapa
celah besar dalam pola pendidikan ini, sebagai salah satu aspek yang mendukung
kesiapan generasi masa depan dalam memimpin bangsa ini. Sistem saat ini terpola
sedemikian rupa seakan nampak mendikte anak didik untuk bersikap manja dan tak
berorientasi ke masa depan. Ini dapat dibuktikan hanya dengan melihat dua hal,
yakni kurangnya kemauan anak didik untuk
memenuhi hak intelektualnya sendiri sehingga berdampak ke hal yang kedua yakni
rendahnya tingkat kreatifitas generasi hari ini. Sikap menjauhi buku, intraksi sosial
yang menurun, larut dalam gadget, tak
terbesit kemauan menulis, minat belajar minim, dan sikap lainnya yang serupa
dengan hal-hal tersebut menjadi indentitas mayoritas generasi bangsa saat ini. Akibatnya
kita dapatkan tingkat kreatifitas yang sama rendahnya, kurangnya inovasi dan
terobosan-terobosan lalu minimnya prestasi dari sekian juta anak didik yang
mengenyam bangku pendidikan.
Maka dalam hal ini perlu ada penekanan sekaligus
pembimbingan dari tenaga pendidik, orang tua, pemerhati, dan cedekia akan solusi
konkret sekaligus sebagai agenda persiapan generasi pemimpin yang cemerlang. Setidaknya
ada empat hal yang perlu diselaraskan dan menjadi acuan bagi persiapan generasi
pemimpin untuk tampil menjadi seorang ideolog atau pemikir di masanya. Empat hal
ini saling terkait dan saling bersinggungan. Ketika satu melemah, maka yang
lain akan ikut melemah. Maka perlu penyelarasan dalam penggemblengannya kepada
calon generasi pemimpin.
1.
Menjadi kutu buku
United Nations Eduacational, Scientific and Cultural
Organisation (UNESCO) merilis hasil
penelitiannya terhadap minat baca orang Indonesia tahun 2011 lalu, hasilnya
didapatkan bahwa indeks baca masyarakat hanya 0,001 yang berarti bahwa dari
seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Dari
hasil penelitian ini kita menyadari bahwa seiring teknologi merambah masuk ke Negara
ini, disertai kemudahan-kemudahan mengakses sumber ilmu dan informasi yang
luas, sangat berkebalikan dengan minat baca masyarakat yang sangat rendah. Ketersediaan
buku-buku bacaan yang memadai, dibangunnya perpustakaan-perpustakaan, sampai
ide perpustakaan keliling terealisasi tidak membangkitkan minat baca generasi
muda. Maka hal ini menjadi sesuatu yang urgen dan perlu dibangun sejak dini
dalam diri setiap anak didik. Menjadi seorang kutu buku tidak seseram kutu gadge, dari bukulah masyarakat akan
mulai menyadari bahwa dari lembaran-lembaran yang dibukanya ternyata memang
seakan-akan mereka sedang membuka jendela dunia ini. Maka dari hal pertama
inilah kita memulai menyiapkan generasi kutu buku yang kelak jadi pemimpin masa
depan yang berpikir dan bertindak tidak dengan seenak hatinya. Namun dari
telaah mendalam terhadap pengetahuannya dari intensitas baca yang tinggi dan dari
pengalamannya dalam masyarakat.
2.
Pendengar yang
baik
Selaras dengan minat baca yang tinggi, aspek kedua
yang perlu ditanamkan adalah menjadi pendengar yang baik. Diam dan mendengarkan
menjadikan kita banyak menelusuri ragam pembicaraan. Kebiasaan mendengarkan
biasanya diidentikkan dengan rasa kepedulian yang tinggi. Bahwa dengan
mendengarkan perkataan orang lain rasa simpati menjadi sangat kental sehingga
lawan interaksi menjadi nyaman dan merasa dipedulikan. Maka setelah kebiasaan
membaca sudah menjadi kebudayaan dan hal yang urgen di dalam pribadi
generasi-generasi pemimpin, hal yang selanjutnya menjadi asupan adalah gemar
mendengarkan. Menjadi pendengar yang baik adalah salah satu sumber informasi
dan pengetahuan yang efektif, dari manapun sumber suaranya asal dapat diolah
dengan baik akan menjadi bekal yang penting selain dari segi penumbuhan
kepedulian juga sebagai pemenuhan hak intelektual di luar dari sumber buku.
3.
Menulis sesuatu
Berangkat dari dua sumber pemenuhan hal intelektual
yakni membaca dan mendengarkan tadi kita melangkah ke aspek ketiga atau hal
ketiga yang harus ditanamkan pada generasi muda sebagai tahap persiapan kepemimpinan
di masa mendatang yakni gemar menulis. Dengan menulis, kreatifitas generasi
muda secara perlahan diasah dan ditumbuhkan. Lewat hal inilah akan lahir
pemikiran-pemikiran cemerlang dari buah tangan pemikiran generasi yang tentu
lahir dari dua aspek pertama tadi yakni membaca dan mendengarkan. Menulis
dikatakan sebagai pengikat ilmu dan sebuah karya yang tinggal dari sejarah. Maka
penumbuhan minat menulis menjadi sangat urgen setelah dua hal di atas.
4.
Berbicara di
depan publik
Tampil berbicara di depan umum menjadi hal terakhir
dari empat hal yang perlu diselaraskan guna menunjang kesiapan generasi
mendatang sebagai pemimpin yang ulung. Menjadi aspek terakhir setelah membaca,
mendengarkan dan menulis disebabkan karena bekal atau bahan pembicaraan. Untuk bias
berbicara dengan baik haruslah dengan terlebih dahulu membaca bacaan yang baik,
mendengarkan perkataan yang baik lalu menyusunnya dalam tulisan yang baik. Sehingga
lahirlah topic pembicaraan yang baik. Hal terakhir ini menjadi output penyaluran
kebaikan kepada khalayak ramai. Buah dari perjalanan tiga hal sebelumnya. Hal inilah
menjadi pelengkap empat hal yang perlu diselaraskan sebagai bahan pembekalan
generasi pemimpin masa depan.
Empat
hal ini menjadi wujud konkret dalam menyiapkan generasi muda yang handal dalam
memimpin di masa mendatang. Semuanya berkaitan dan saling menyokong. Untuk dapat
menulis yang baik engkau harus membaca banyak buku yang baik. Untuk dapat
menasehati atau berkata dengan baik engkau butuh untuk mendengarkan
keluhan-keluhan dari permasalahan orang-orang dan perkataan-perkataan baik. Untuk
itu mari sama-sama memperhatikan empat hal ini, menjadikannya sebagai bekal
untuk mempersiapkan generasi pemimpin masa depan.
Sumber: www.senjaesok.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar