Tahukah kau..
Saat bangsa ini tersengat jilatan otoriter kau lahir bak bayi yang menarik banyak hati. Tangismu wakili lara yang telah lama terpendam dan senyummu getarkan jiwa yang terpenjara jeruji tiran.
Kini kau beranjak belia, bagai remaja yang mulai berkawan, menarik perhatian alam. Tujuh belas tahun sudah kau gaungkan rintih ketidakadilan, lakoni mimpi kebangsaan para pendahuluku tentang nyanyian kesejahteraan.Orde baru kau tumbangkan, bisa penguasa kau netralkan dengan kritis yang termaktub bersama orasi kemerdekaan.
Tahukah kau..
Kala itu aku belum mengenalmu. Pula tak tertarik menjadi penggerakmu. Tidak... saat itu aku sebatas tubuh yang masih terlena oleh euforia duniawi. Pemuda yang masih buta politik, budak keserakahan dunia yang terasa nikmat dibumbui sikap pasif dan individualis.
Namun tiba waktunya aku harus bangkit dari candu manusia bernyali kerdil. Aku harus bebas dari jerat dan kelam kemunafikan. Demi tanah air yang kini kupijak. Sebab kutahu... Segala bisu dan butaku akan menjadi luka yang menganga, luka bangsa yang tersabit berabad-abad.
Tahukah kau..
Bagaimana sampai narkoba menembus pelataran sel hingga gedung putih?
Bagaimana sampai eksekutif terhormat dan dewan terhormat bersumpah sampah di singgasananya?
Bagaimana sampai hukum sana dan sini saling menikam meracuni?
Bagaimana sampai wabah terorisme lunturkan damai negeri ini?
Tahukah kau..
Mengapa penguasa bungkam terseret percaturan kerakusan global?
Mengapa penguasa berlindung di balik ketiak mafia kelas kakap?
Mengapa hendak mereka timpakkan sampah negara rusak di tanah air tercinta?
Mengapa bibit generasi terusakkan gambar seronok dan tontonan tak bermoral?
Tahukah kau..
Bahwa mereka menghendaki negara kita kian terpuruk dalam pusaran kehinaan?
Tapi nyaliku masih berkobar seirama desir laut yang membuas. Serpih harapan itu akan tergadaikan oleh kenyataan yang terselesaikan. Di usia tujuh belas tahun ini taringmu masih menyilaukan asa. Asa yang sedari dulu diperjuangkan para pejuang bangsa.
Darimu aku belajar bagaimana cara memikirkan nasib bangsa, cara menjadi pemimpin yang tak haus kekuasaan, cara menyuarakan kesenjangan yang terencanakan.
Darimu aku bertumbuh menjadi insan yang dewasa, menguliti segala kepalsuan penguasa, siapkan pundak bagi mereka yang kesusahan.
Tujuh belas tahunmu menjadi perekat bagi pemuda yang masih miliki nurani.
Tujuh belas tahunmu sembuhkan titik-titik luka rakyat yang melarat
Tujuh belas tahunmu menjadi incaran pemilik modal yang tak mengenal adab
Tujuh belas tahunmu hanya Allah yang kau takutkan
Dan tumpukan tugas kita kian bertambah, demi rangka kebangkitan di atas imperium kebenaran. Sebuah rekayasa yang telah Allah rancang, agar kelak Indonesia kian sholeh dan sejahtera..
Dan rentetan tugas kita kian memanjang, dari rakyat jelata hingga pemimpin yang serakah, dari ujung sabang hingga tepian merauke. Membentang harap ratus juta nyawa. Menggelantung di bawah pundak kerja dan kesungguhan.
Dan sampai saat ini tugas kita amatlah banyak kawan..
Bahwa kita butuhkan lebih banyak pikir Indonesia yang cemerlang
Bahwa kita butuhkan lebih banyak tenaga Indonesia yang perkasa
Bahwa kita butuhkan lebih banyak senyum Indonesia yang berkasih sayang
Kita adalah Indonesia yang bergotong-royong dalam kesejahteraan dan berkasih sayang dalam perbedaan.
Aku dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia adalah satu yang nyata
INDONESIA !!!
Kita bergerak untuk kebangkitan Indonesia !!!
Bila jejak reformasi terukir bersama deret waktu yang menggebu, dalam satuan ruang yang kian menua dan bersamai rambut kian beruban.
Mungkinkah.. mungkinkah.. sejarah abadikan kita dalam sebingkai sketsa kepahlawanan atau cukup nama kita abadi di atas nisan saja?
Kawan.. di hadapan Tuhan kelak, apa yang akan kita pertanggungjawabkan?
Saat bangsa ini tersengat jilatan otoriter kau lahir bak bayi yang menarik banyak hati. Tangismu wakili lara yang telah lama terpendam dan senyummu getarkan jiwa yang terpenjara jeruji tiran.
Kini kau beranjak belia, bagai remaja yang mulai berkawan, menarik perhatian alam. Tujuh belas tahun sudah kau gaungkan rintih ketidakadilan, lakoni mimpi kebangsaan para pendahuluku tentang nyanyian kesejahteraan.Orde baru kau tumbangkan, bisa penguasa kau netralkan dengan kritis yang termaktub bersama orasi kemerdekaan.
Tahukah kau..
Kala itu aku belum mengenalmu. Pula tak tertarik menjadi penggerakmu. Tidak... saat itu aku sebatas tubuh yang masih terlena oleh euforia duniawi. Pemuda yang masih buta politik, budak keserakahan dunia yang terasa nikmat dibumbui sikap pasif dan individualis.
Namun tiba waktunya aku harus bangkit dari candu manusia bernyali kerdil. Aku harus bebas dari jerat dan kelam kemunafikan. Demi tanah air yang kini kupijak. Sebab kutahu... Segala bisu dan butaku akan menjadi luka yang menganga, luka bangsa yang tersabit berabad-abad.
Tahukah kau..
Bagaimana sampai narkoba menembus pelataran sel hingga gedung putih?
Bagaimana sampai eksekutif terhormat dan dewan terhormat bersumpah sampah di singgasananya?
Bagaimana sampai hukum sana dan sini saling menikam meracuni?
Bagaimana sampai wabah terorisme lunturkan damai negeri ini?
Tahukah kau..
Mengapa penguasa bungkam terseret percaturan kerakusan global?
Mengapa penguasa berlindung di balik ketiak mafia kelas kakap?
Mengapa hendak mereka timpakkan sampah negara rusak di tanah air tercinta?
Mengapa bibit generasi terusakkan gambar seronok dan tontonan tak bermoral?
Tahukah kau..
Bahwa mereka menghendaki negara kita kian terpuruk dalam pusaran kehinaan?
Tapi nyaliku masih berkobar seirama desir laut yang membuas. Serpih harapan itu akan tergadaikan oleh kenyataan yang terselesaikan. Di usia tujuh belas tahun ini taringmu masih menyilaukan asa. Asa yang sedari dulu diperjuangkan para pejuang bangsa.
Darimu aku belajar bagaimana cara memikirkan nasib bangsa, cara menjadi pemimpin yang tak haus kekuasaan, cara menyuarakan kesenjangan yang terencanakan.
Darimu aku bertumbuh menjadi insan yang dewasa, menguliti segala kepalsuan penguasa, siapkan pundak bagi mereka yang kesusahan.
Tujuh belas tahunmu menjadi perekat bagi pemuda yang masih miliki nurani.
Tujuh belas tahunmu sembuhkan titik-titik luka rakyat yang melarat
Tujuh belas tahunmu menjadi incaran pemilik modal yang tak mengenal adab
Tujuh belas tahunmu hanya Allah yang kau takutkan
Dan tumpukan tugas kita kian bertambah, demi rangka kebangkitan di atas imperium kebenaran. Sebuah rekayasa yang telah Allah rancang, agar kelak Indonesia kian sholeh dan sejahtera..
Dan rentetan tugas kita kian memanjang, dari rakyat jelata hingga pemimpin yang serakah, dari ujung sabang hingga tepian merauke. Membentang harap ratus juta nyawa. Menggelantung di bawah pundak kerja dan kesungguhan.
Dan sampai saat ini tugas kita amatlah banyak kawan..
Bahwa kita butuhkan lebih banyak pikir Indonesia yang cemerlang
Bahwa kita butuhkan lebih banyak tenaga Indonesia yang perkasa
Bahwa kita butuhkan lebih banyak senyum Indonesia yang berkasih sayang
Kita adalah Indonesia yang bergotong-royong dalam kesejahteraan dan berkasih sayang dalam perbedaan.
Aku dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia adalah satu yang nyata
INDONESIA !!!
Kita bergerak untuk kebangkitan Indonesia !!!
Bila jejak reformasi terukir bersama deret waktu yang menggebu, dalam satuan ruang yang kian menua dan bersamai rambut kian beruban.
Mungkinkah.. mungkinkah.. sejarah abadikan kita dalam sebingkai sketsa kepahlawanan atau cukup nama kita abadi di atas nisan saja?
Kawan.. di hadapan Tuhan kelak, apa yang akan kita pertanggungjawabkan?
(Oleh : Arnindi Nur)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar